Scroll Down and click on Go to Link for destination
Congrats! Link is Generated
Lantunan ayat suci Al-Quran terdengar dari mulut kecil remaja 14 tahun asal Bandung itu. Walau terdengar lirih, namun ia dengan lancar membacakan Surat Yusuf, buah pertanyaan dari seorang jamaah. Fajar Abdurrokhim Wahyudiono, penderita lumpuh otak itu, tengah membersamai ustadz Azhar Azis dalam acara launching buku “Fajar Sang Hafiz di Arrohman Quran Learning Center, Tebet Utara, Jakarta pada Sabtu (18/2) pagi.
Fajar yang diketahui menderita penyakit cerebral palsy (lumpuh otak) sejak umur 1 bulan ini telah merampungkan hafalan Al-Qur’an-nya sejak usia 4,5 tahun. Walau dengan segala keterbatasannya, ia kini tengah menjalani pelajaran Bahasa Arab, hafalan hadist, dan juga kitab Umdatul Ahkam di Ponpes Ibnu Abbas, Klaten.
Ada cerita menarik ketika Fajar didatangkan ke AQL sabtu kemarin. Ia bercerita bahwa dirinya bercita-cita ingin menjadi Imam Masjidil Haram. Terhitung sudah dua kali dia bersama kedua orang tuanya pergi ke Baitullah, yaitu untuk umrah dan haji pada Januari lalu. “Saya ingin jadi Imam Masjidil Haram,” ujar Fajar pada Kiblat.net.
Ayahanda Fajar, Joko Wahyudiono mengatakan, apapun yang dicita-citakan anak pertamanya itu akan didorong dan didukung oleh dirinya dan juga sang istri.
“Kami tidak mengarahkan Fajar harus jadi ini atau itu, tapi kami selalu menanyakannya Fajar kelak mau jadi apa, dan dia sudah komitmen ingin menjadi Imam Masjidil Haram,” ungkapnya.
Oleh karena itu, walau dengan segala keterbatasannya, Fajar disekolahkan di Ponpes Ibnu Abbas, Klaten untuk menuntut ilmu Bahasa Arab dan juga Ilmu Hadist.
“Ya, jadi santri khusus. Masih belajar sama teman-teman dan juga gurunya, tapi nggak seformal mereka. Kadang lebih banyak bersama gurunya, pagi belajar tahsin bersama teman lainya, dan malam hari belajar langsung dengan gurunya,” terang Joko.
Nampaknya, bukan hanya ingatan Fajar terhadap Al-Qur’an saja yang kuat, melainkan ingatannya terhadap suara Masyayikh dan juga suara muadzin yang mengumandangkan adzan termasuk di atas rata-rata.
“Biasanya orang hanya mengingat suara syeikh ketika membaca murattal Quran, namun Fajar ini juga hafal suara muadzin ketika melantunkan adzan maupun iqomah, dan nggak banyak orang yang bisa seperti itu,” ujar Heny, ibunda Fajar.
Fajar Abdurrakhim Wahyudiono via kiblat.net |
Fajar yang diketahui menderita penyakit cerebral palsy (lumpuh otak) sejak umur 1 bulan ini telah merampungkan hafalan Al-Qur’an-nya sejak usia 4,5 tahun. Walau dengan segala keterbatasannya, ia kini tengah menjalani pelajaran Bahasa Arab, hafalan hadist, dan juga kitab Umdatul Ahkam di Ponpes Ibnu Abbas, Klaten.
Ada cerita menarik ketika Fajar didatangkan ke AQL sabtu kemarin. Ia bercerita bahwa dirinya bercita-cita ingin menjadi Imam Masjidil Haram. Terhitung sudah dua kali dia bersama kedua orang tuanya pergi ke Baitullah, yaitu untuk umrah dan haji pada Januari lalu. “Saya ingin jadi Imam Masjidil Haram,” ujar Fajar pada Kiblat.net.
Ayahanda Fajar, Joko Wahyudiono mengatakan, apapun yang dicita-citakan anak pertamanya itu akan didorong dan didukung oleh dirinya dan juga sang istri.
“Kami tidak mengarahkan Fajar harus jadi ini atau itu, tapi kami selalu menanyakannya Fajar kelak mau jadi apa, dan dia sudah komitmen ingin menjadi Imam Masjidil Haram,” ungkapnya.
Oleh karena itu, walau dengan segala keterbatasannya, Fajar disekolahkan di Ponpes Ibnu Abbas, Klaten untuk menuntut ilmu Bahasa Arab dan juga Ilmu Hadist.
“Ya, jadi santri khusus. Masih belajar sama teman-teman dan juga gurunya, tapi nggak seformal mereka. Kadang lebih banyak bersama gurunya, pagi belajar tahsin bersama teman lainya, dan malam hari belajar langsung dengan gurunya,” terang Joko.
Nampaknya, bukan hanya ingatan Fajar terhadap Al-Qur’an saja yang kuat, melainkan ingatannya terhadap suara Masyayikh dan juga suara muadzin yang mengumandangkan adzan termasuk di atas rata-rata.
“Biasanya orang hanya mengingat suara syeikh ketika membaca murattal Quran, namun Fajar ini juga hafal suara muadzin ketika melantunkan adzan maupun iqomah, dan nggak banyak orang yang bisa seperti itu,” ujar Heny, ibunda Fajar.
Reporter: Muhammad Jundii
Editor: M. Rudy
Original Article